Manajemen Masjid Jogokariyan
Alhamdulillah, pada hari senin bakda dzuhur
kami bertemu dengan salah satu pengurus yang bernama mas Enggar. Kami diajak
masuk ke kantor DKM. Kantor Masjid Jogokaryan tidak terlalu besar, namun kami
melihat betapa aktifitas di kantor tersebut sedemikian ramai dengan tamu untuk
berbagai keperluan sesuai dengan tujuan mereka masing-masing. Akhirnya kami
dipersilahkan masuk. Kami merasa beruntung karena kami masuk, justeru semua
tamu yang datang keluar dari kantor, sehingga memungkinkan kami bisa berdiskusi
panjang lebar terkait kegiatan di Masjid Jogokaryan.
Kami mendapatkan informasi yang lumayan
lengkap terkait manajemen masjid jogokaryan. Memang tidak semua bisa ditiru
dari apa yang diterapkan di jogokaryan untuk masjid yang kami kelola, namun
paling tidak kami bersyukur ada banyak hal yang dapat kami lakukan dengan
meniru apa yang menjadi kebutuhan kami di masjid yang kami kelola seperti
terkait dengan strategi mengajak orang-orang berinfaq, strategi mengajak orang
untuk datang ke masjid baik untuk urusan menghadiri acara ataupun untuk
melaksanakan sholat 5 waktu, strategi memberdayakan potensi jamaah sesuai
dengan keahlian/profesinya, strategi mengetahui kondisi social masyarakat jogokaryan.
Kami mencatat ada beberapa hal yang
dilakukan oleh Takmir Masjid Jogokaryan
1. Pemetaan warga Desa Jogokaryan
Masjid Jogokaryan adalah masjid yang
letaknya cukup strategis untuk bisa dijangkau dengan menggunakan kendaraan roda
empat. Terletak di Jalan Jogokaryan No. 36 Jogjakarta. Keberadaannya dipinggir
jalan umum yang memudahkan para pengguna jalan untuk mampir untuk urusan apa
saja. Setiap jalan di sekitar masjid jogokaryan adalah jalan yang ramai lalu
lalang kendaraan bermotor roda dua, roda tiga dan roda empat.
Dinamakan Jogokaryan dinisbahkan kepada
nama desa dimana masjid tersebut berada. Hal ini dimaksudkan untuk memberikan
sebuah paradigma kepada warga Desa Jogokaryan bahwa masjid itu merupakan milik
bersama warga Desa Jogokaryan.
Untuk mengetahui kondisi social dan ekonomi
masyarakat desa jogokaryan, Takmir Masjid melaksanakan sensus jamaah yang
tinggal di desa jogokaryan mengenai jumlah anggota keluarga, pendidikan,
pekerjaan, penghasilan dalam sebulan, anggota keluarga yang sudah aktif sholat,
dan jumlah anggota keluarga yang belum sholat.
Dari data sensus tersebut Takmir Masjid
Jogokaryan mendapatkan data tentang pekerjaan, pendidikan, jumlah anak yatim, jumlah keluarga yang masuk
kategori mustahiq/dhuafa, jumlah keluarga yang masuk kategori muzakki, jumlah orang
yang belum sholat dan jumlah orang yang sudah melaksanakan sholat, termasuk
warga yang sudah berqurban dan yang belum.
Takmir masjid Jogokaryan membuat peta
dakwah dan strateginya sehingga
rencana-rencana dakwah yang dipersiapkan sangat terarah dan membuahkan hasil
nyata. Tampak hasil usaha tersebut dari antusisnya warga yang terpanggil untuk
berpartisipasi memakmurkan masjid.
2. Pemberdayaan Tokoh, pejabat dan warga
Desa Jogokaryan
Setiap orang memiliki latar belakang
pendidikan dan kedudukan di masyarakat yang berbeda. Dengan mengetahui latar
pendidikan, profesi dan kedudukan warga masyarakat Jogokaryan inilah Takmir
Masjid Jogokaryan membangun hubungan dan komunikasi yang intens. Kalo ada
pepatah setiap orang didudukkan sesuai dengan fungsinya, maka itulah yang
terjadi di Jogokaryan. sehingga para tokoh, pejabat dan professional diberikan
kesempatan untuk berpartisipasi dan beramal sesuai dengan peran yang
diembannya.
Terbukti misalnya di sana sudah ada
pelayanan kesehatan yang dokter jaganya standbye 3 kali dalam seminggu di
klinik masjid jogokaryan. Hal ini membuat warga bisa berobat dengan sangat
murah bahkan gratis. Obat-obatan disediakan oleh masjid dengan dana infaq untuk
kesehatan.
3. Integrasi kegiatan
Semua kegiatan terpusat di masjid.
Sekalipun ada beberapa musholla di sekitar desa Jogokaryan. Hal ini memudahkan
takmir untuk melibatkan semua warga desa jogokaryan. meskipun setiap mushola
digunakan untuk sholat berjamaah, namun untuk event-event besar berpusat di
masjid. Dan semua warga diikutsertakan terlibat dalam kegiatan tersebut. Salah
satu contoh adalah kegiatan buka puasa bersama yang setiap hari menyediakan
1500 takjil, itu dikelola oleh warga dengan digilir setiap RW dengan melibatkan
dasa wisma (semacam ibu2 pkk?) di setiap RW. Mereka yang menyediakan makan
takjil sebanyak jumlah yang diminta takmir masjid (lebih kurang 1500) berupa
lauk pauk. Sementara nasi disediakan oleh masjid.
Sebenarnya pengurus masjid bisa saja
memesan jasa catering, lebih mudah dan praktis, namun hal itu tidak dilakukan
karena memang takmir menghendaki bahwa semua orang (warga Jogokaryan) bisa
terlibat dan mendapatkan manfaat serta pahala menyediakan takjil bagi warga
jogokaryan secara keseluruhan.
Inilah yang kemudian memancing orang untuk
bisa mengambil bagian baik sebagai penyumbang dana ataupun sebagai pelaksana
kegiatan. Dan dana dari para penyumbang mampu mengcover semua kebutuhan biaya
takjil. Bahkan bisa berlebih. Kelebihan dana ini kemudian diberikan ke masjid
lain untuk kegiatan buka bersama di masjid tersebut yang merupakan masjid
binaan masjid jogokaryan.
4. Paradigma Takmir Masjid Jogokaryan
Para pengurus/Takmir Masjid Jogokaryan
selalu mengedukasi para warga jogokaryan bahwa Masjid Jogokaryan adalah masjid
milik jamaah, milik warga jogokaryan sehingga semua warga punya tanggung jawab
yang sama dalam merawat, memakmurkan dan mengembangkan masjid menjadi lebih
baik. Melayani tamu yang datang dari manapun yang hadir di masjid. Terbukti
dengan paradigma tersebut, mereka berbondong-bondong mensupport dan menjadi
bagian sebagai pelayan masjid.
5. Relawan Masjid
Ada banyak relawan yang berjuang bersama
memakmurkan Masjid Jogokaryan. Sesuai dengan hasil wawancara dengan pengurus,
ada sekitar 100 orang relawan yang aktif terlibat dan menjadi bagian dari
struktur kepengurusan di masing-masing biro yang semua ada di bawah komando
Takmir masjid. Seperti biro kajian dhuha, biro kajian shubuh, dll. Semua biro
diberikan kewenangan untuk mengadakan program-program yang bisa dijalankan di
masjid termasuk sumber pendanaannya dikelola sendiri oleh setiap biro.
6. Gotong royong
Dalam hal apapun yang dilakukan di Masjid
Jogokaryan, selalu dilandasi oleh rasa gotong royong warganya. Terbukti
misalkan dalam pengelolaan kurban, sekalipun jumlah hewan sapi qurban banyak,
mampu diselesaikan dari proses pemotongan sampai pendistribusiannya hanya
membutuhkan waktu 3 – 4 jam saja. Itu karena jumlah yang terlibat dalam
kepanitiaan qurban bisa mencapai 700 orang dari semua kalangan usia yang
beragam dari usia anak-anak sampai dewasa. Mereka masing-masing mengambil peran
sesuai keahliannya. Setiap anggota keluarga mendapatkan bagian daging qurban.
Bahkan bisa berlebih untuk didistribusikan ke tempat-tempat lain disekitar
Jogokaryan.
7. Menggunakan prinsip “yang paling
mengerti kebutuhan suatu kaum adalah anggota kaum itu sendiri”
Kebutuhan jamaah difasilitasi dan
disesuaikan dengan usia dari tingkat pra sekolah sampai orang tua. Dikordinir
secara baik oleh masing-masing relawan sesuai dengan tingkat usia. Seperti
remaja diberi amanah untuk mengatur terkait dengan anak-anak usia pra sekolah
dan usia SD. Disamping itu remaja sendiri memiliki program-program yang cocok
dengan kebutuhan mereka.
Begitu pula untuk kategori jamaah yang ada
di level usia keluarga muda(ibu-ibu muda dan bapak-bapak muda) dipandu oleh
orang yang seusia mereka. Dibuatkan program-program yang menarik bagi
mereka.begitu pula untuk golongan tua,
mereka mendapatkan perhatian yang sama sesuai dengan kebutuhannya.
Itulah barangkali beberapa hal yang
dilakukan para takmir masjid di Jogokaryan sehingga terasa hasil yang didapat
saat ini syiarnya sampai didengar ke Negara tetangga. Bahkan termasuk Model
masjid terbaik pertama tahun 2016 versi Departemen Agama dalam hal Idaroh
(manajemen).
Semoga bisa menginspirasi Pengurus Masjid
lainnya….