Entri Populer

Rabu, 18 Januari 2017

CATATAN PRIBADI STUDI BANDING KE JOGOKARYAN Bag. 2

Manajemen Masjid Jogokariyan

Alhamdulillah, pada hari senin bakda dzuhur kami bertemu dengan salah satu pengurus yang bernama mas Enggar. Kami diajak masuk ke kantor DKM. Kantor Masjid Jogokaryan tidak terlalu besar, namun kami melihat betapa aktifitas di kantor tersebut sedemikian ramai dengan tamu untuk berbagai keperluan sesuai dengan tujuan mereka masing-masing. Akhirnya kami dipersilahkan masuk. Kami merasa beruntung karena kami masuk, justeru semua tamu yang datang keluar dari kantor, sehingga memungkinkan kami bisa berdiskusi panjang lebar terkait kegiatan di Masjid Jogokaryan.
Kami mendapatkan informasi yang lumayan lengkap terkait manajemen masjid jogokaryan. Memang tidak semua bisa ditiru dari apa yang diterapkan di jogokaryan untuk masjid yang kami kelola, namun paling tidak kami bersyukur ada banyak hal yang dapat kami lakukan dengan meniru apa yang menjadi kebutuhan kami di masjid yang kami kelola seperti terkait dengan strategi mengajak orang-orang berinfaq, strategi mengajak orang untuk datang ke masjid baik untuk urusan menghadiri acara ataupun untuk melaksanakan sholat 5 waktu, strategi memberdayakan potensi jamaah sesuai dengan keahlian/profesinya, strategi mengetahui kondisi social  masyarakat jogokaryan.
Kami mencatat ada beberapa hal yang dilakukan oleh Takmir Masjid Jogokaryan
1. Pemetaan warga Desa Jogokaryan

Masjid Jogokaryan adalah masjid yang letaknya cukup strategis untuk bisa dijangkau dengan menggunakan kendaraan roda empat. Terletak di Jalan Jogokaryan No. 36 Jogjakarta. Keberadaannya dipinggir jalan umum yang memudahkan para pengguna jalan untuk mampir untuk urusan apa saja. Setiap jalan di sekitar masjid jogokaryan adalah jalan yang ramai lalu lalang kendaraan bermotor roda dua, roda tiga dan roda empat.

Dinamakan Jogokaryan dinisbahkan kepada nama desa dimana masjid tersebut berada. Hal ini dimaksudkan untuk memberikan sebuah paradigma kepada warga Desa Jogokaryan bahwa masjid itu merupakan milik bersama warga Desa Jogokaryan.

Untuk mengetahui kondisi social dan ekonomi masyarakat desa jogokaryan, Takmir Masjid melaksanakan sensus jamaah yang tinggal di desa jogokaryan mengenai jumlah anggota keluarga, pendidikan, pekerjaan, penghasilan dalam sebulan, anggota keluarga yang sudah aktif sholat, dan jumlah anggota keluarga yang belum sholat. 


Dari data sensus tersebut Takmir Masjid Jogokaryan mendapatkan data tentang pekerjaan, pendidikan,  jumlah anak yatim, jumlah keluarga yang masuk kategori mustahiq/dhuafa, jumlah keluarga yang masuk kategori muzakki, jumlah orang yang belum sholat dan jumlah orang yang sudah melaksanakan sholat, termasuk warga yang sudah berqurban dan yang belum.

Takmir masjid Jogokaryan membuat peta dakwah dan strateginya  sehingga rencana-rencana dakwah yang dipersiapkan sangat terarah dan membuahkan hasil nyata. Tampak hasil usaha tersebut dari antusisnya warga yang terpanggil untuk berpartisipasi memakmurkan masjid.

2. Pemberdayaan Tokoh, pejabat dan warga Desa Jogokaryan

Setiap orang memiliki latar belakang pendidikan dan kedudukan di masyarakat yang berbeda. Dengan mengetahui latar pendidikan, profesi dan kedudukan warga masyarakat Jogokaryan inilah Takmir Masjid Jogokaryan membangun hubungan dan komunikasi yang intens. Kalo ada pepatah setiap orang didudukkan sesuai dengan fungsinya, maka itulah yang terjadi di Jogokaryan. sehingga para tokoh, pejabat dan professional diberikan kesempatan untuk berpartisipasi dan beramal sesuai dengan peran yang diembannya.
Terbukti misalnya di sana sudah ada pelayanan kesehatan yang dokter jaganya standbye 3 kali dalam seminggu di klinik masjid jogokaryan. Hal ini membuat warga bisa berobat dengan sangat murah bahkan gratis. Obat-obatan disediakan oleh masjid dengan dana infaq untuk kesehatan.

3. Integrasi kegiatan

Semua kegiatan terpusat di masjid. Sekalipun ada beberapa musholla di sekitar desa Jogokaryan. Hal ini memudahkan takmir untuk melibatkan semua warga desa jogokaryan. meskipun setiap mushola digunakan untuk sholat berjamaah, namun untuk event-event besar berpusat di masjid. Dan semua warga diikutsertakan terlibat dalam kegiatan tersebut. Salah satu contoh adalah kegiatan buka puasa bersama yang setiap hari menyediakan 1500 takjil, itu dikelola oleh warga dengan digilir setiap RW dengan melibatkan dasa wisma (semacam ibu2 pkk?) di setiap RW. Mereka yang menyediakan makan takjil sebanyak jumlah yang diminta takmir masjid (lebih kurang 1500) berupa lauk pauk. Sementara nasi disediakan oleh masjid.

Sebenarnya pengurus masjid bisa saja memesan jasa catering, lebih mudah dan praktis, namun hal itu tidak dilakukan karena memang takmir menghendaki bahwa semua orang (warga Jogokaryan) bisa terlibat dan mendapatkan manfaat serta pahala menyediakan takjil bagi warga jogokaryan secara keseluruhan.

Inilah yang kemudian memancing orang untuk bisa mengambil bagian baik sebagai penyumbang dana ataupun sebagai pelaksana kegiatan. Dan dana dari para penyumbang mampu mengcover semua kebutuhan biaya takjil. Bahkan bisa berlebih. Kelebihan dana ini kemudian diberikan ke masjid lain untuk kegiatan buka bersama di masjid tersebut yang merupakan masjid binaan masjid jogokaryan.

4. Paradigma Takmir Masjid Jogokaryan

Para pengurus/Takmir Masjid Jogokaryan selalu mengedukasi para warga jogokaryan bahwa Masjid Jogokaryan adalah masjid milik jamaah, milik warga jogokaryan sehingga semua warga punya tanggung jawab yang sama dalam merawat, memakmurkan dan mengembangkan masjid menjadi lebih baik. Melayani tamu yang datang dari manapun yang hadir di masjid. Terbukti dengan paradigma tersebut, mereka berbondong-bondong mensupport dan menjadi bagian sebagai pelayan masjid.

5. Relawan Masjid

Ada banyak relawan yang berjuang bersama memakmurkan Masjid Jogokaryan. Sesuai dengan hasil wawancara dengan pengurus, ada sekitar 100 orang relawan yang aktif terlibat dan menjadi bagian dari struktur kepengurusan di masing-masing biro yang semua ada di bawah komando Takmir masjid. Seperti biro kajian dhuha, biro kajian shubuh, dll. Semua biro diberikan kewenangan untuk mengadakan program-program yang bisa dijalankan di masjid termasuk sumber pendanaannya dikelola sendiri oleh setiap biro.

6. Gotong royong

Dalam hal apapun yang dilakukan di Masjid Jogokaryan, selalu dilandasi oleh rasa gotong royong warganya. Terbukti misalkan dalam pengelolaan kurban, sekalipun jumlah hewan sapi qurban banyak, mampu diselesaikan dari proses pemotongan sampai pendistribusiannya hanya membutuhkan waktu 3 – 4 jam saja. Itu karena jumlah yang terlibat dalam kepanitiaan qurban bisa mencapai 700 orang dari semua kalangan usia yang beragam dari usia anak-anak sampai dewasa. Mereka masing-masing mengambil peran sesuai keahliannya. Setiap anggota keluarga mendapatkan bagian daging qurban. Bahkan bisa berlebih untuk didistribusikan ke tempat-tempat lain disekitar Jogokaryan.

7. Menggunakan prinsip “yang paling mengerti kebutuhan suatu kaum adalah anggota kaum itu sendiri”

Kebutuhan jamaah difasilitasi dan disesuaikan dengan usia dari tingkat pra sekolah sampai orang tua. Dikordinir secara baik oleh masing-masing relawan sesuai dengan tingkat usia. Seperti remaja diberi amanah untuk mengatur terkait dengan anak-anak usia pra sekolah dan usia SD. Disamping itu remaja sendiri memiliki program-program yang cocok dengan kebutuhan mereka.

Begitu pula untuk kategori jamaah yang ada di level usia keluarga muda(ibu-ibu muda dan bapak-bapak muda) dipandu oleh orang yang seusia mereka. Dibuatkan program-program yang menarik bagi mereka.begitu pula untuk golongan tua,  mereka mendapatkan perhatian yang sama sesuai dengan kebutuhannya.

Itulah barangkali beberapa hal yang dilakukan para takmir masjid di Jogokaryan sehingga terasa hasil yang didapat saat ini syiarnya sampai didengar ke Negara tetangga. Bahkan termasuk Model masjid terbaik pertama tahun 2016 versi Departemen Agama dalam hal Idaroh (manajemen).

Semoga bisa menginspirasi Pengurus Masjid lainnya….

Tidak ada komentar:

Posting Komentar